Delegasi IPB di Musta dan LKMM

Ketika diriku mulai menjadi bagian dari IKAHIMATIKA wilayah 3 dengan ikut serta di Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Matematika dan Musyawarah Tahunan di Serang, Banten.

Harapan untuk Negeri

Sebagai mahasiswa sekaligus warga negara Indonesia, ku selalu mengharapkan yang terbaik untuk bangsa ini. Ingin selalu dapat berkontribusi untuk tanah air tercinta, Indonesiaku.

Rihlah ISC 2011 at Gunung Tangkuban Perahu

Tahun 2011 aku bergabung dengan Islamic Student Center LDK Al-Hurriyyah yang menjadi titik tolak perubahanku di masa kuliah. Senantiasa merindukan pejuang-pejuang itu..

Refreshing bersama Internal BEM FMIPA IPB

Aku pun bergabung di BEM FMIPA IPB, tepatnya di Departemen Internal. Bertemu dengan kawan-kawan yang luar biasa. Di sini aku semakin mengenal dunia politik kampusku..

KAMMI IPB at Bank Indoneisa

Saat ku berada di depan Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia. Kunjungan tokoh ke Ketua DKM Baitul Ihsan yang dibuat oleh Tim Enam dari KAMMI IPB Izzudin Al Qassam.

Selasa, 04 Desember 2012

Sebuah Paradigma tentang Ideologi


Sebuah tulisan lama yang kurangkai kembali...
Setiap orang memiiki kerangka berpikir, paradigma, atau backmind yang berbeda-beda ketika menanggapi suatu permasalahan. Dari kerangka berpikir inilah muncul konsep, paham-paham, teori-teori, yang merupakan hasil dari sebuah perenungan hidup. Hal inilah yang sering disebut sebagai filsafat. Filsafat disebut sebagai the mother of science sebab ia merupakan landasan dasar seseorang dalam berpikir. Tidak mungkin ada ilmu tanpa melalui proses berpikir.

Berbeda dengan filsafat, ideologi merupakan sebuah konsep yang bisa langsung diaplikasikan. Menurut pendapat saya, ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan mendasar tentang sebuah konsep hidup. Silahkan cari referensi untuk lebih mengetahui tentang definisi ideologi. Ada yang mengatakan definisi itu tidak penting, saya tidak sependapat. Definisi itu penting, bahkan Ibnu Sina pernah berkomentar, "Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep." Karena itu menurut beliau, sama pentingnya dengan silogisme (baca : logika berfikir yang benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat. Kembali ke topik pembahasan, di dunia ini ada beberapa ideologi yang populer dan dianut banyak negara. Dua di antaranya adalah liberalisme dan sosialisme.

Menurut Bima Arya Sugiarto, ketua DPP PAN bidang Kepemudaan, awal muncul sebuah ideologi adalah dari filsafat. Filsafat dari John Locke tentang tabula rasayang menyatakan bahwa manusia lahir seperti selembar kertas atau seputih salju, pada akhirnya melahirkan sebuah ideologi liberalisme. Ideologi ini menyatakan bahwa manusia itu baik dan merupakan makhluk sosial, tidak ada kekuatan apapun yang berhak mencabut hak-hak individu. Paham ini sangat menghargai hak-hak individu (individual rights).

Sebaliknya, filsafat Thomas Hobbs tentang homo homini lupus, bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain, pada akhirnya melahirkan ideologi sosialisme. Karena manusia terlahir jahat, maka negara harus mempunyai peranan besar untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta keteraturan. Inilah dua ideologi besar dunia yang masih ada sampai saat ini.

Masih menurut Bima Arya, kedua ideologi ini pada akhirnya menimbulkan berbagai macam ideologi lainnya. Salahsatunya adalah Marxisme. Liberalisme yang dianut oleh bangsa eropa berdampak pada kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Kenudian Karl Marx membagi masyarakat menjadi dua kelas berdasarkan kesenjangan ekonomi tersebut, yaitu kaum borjuis (pemilik modal), dan kaum proletar (pekerja). Marx berpendapat bahwa harus ada masyarakat tanpa kelas. Pemikiran Marx inilah yang kemudian berkembang menjadi sebuah ideologi komunisme.

Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 tentang teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik. Komunsime muncul sebenarnya sebagai reaksi penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung oleh pemerintah. Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan Negara dengan agama meletakkan pada pandangan filosofisnya yaitu materialisme diakletis dan materialisme historis. Hakikat kenyataan tertinggi menurut komunisme adalah materi.

Sebelum Marx berbicara mengenai cara membuat masyarakat tanpa kelas, beliau telah meninggal. Akibatnya, banyak penafsiran tentang ideologi komunisme ini di berbagai wilayah di dunia. Lenin, sebagai contoh, terinspirasi oleh pemikiran Karl Marx tersebut. Pada akhirnya ia berusaha menggunakan kekerasan dan menumpahkan darah untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas. Paham ini lebih dikenal dengan Marxisme-Leninisme atau Komunisme Ekstrem. Paham inilah yang sebenarnya dilarang ada di Indonesia. Di dalam undang-undang pun ditulis bahwa komunisme yang dilarang di Indonesia adalah Komunisme Marxisme-Leninisme.

Sekarang banyak persepsi yang menyatakan bahwa komunis itu pasti atheis. Ternyata tidak seperti itu. Buktinya di ASEAN saja, salahsatu orang yang terkenal berpaham komunis adalah seorang muslim yang taat. Demikian juga di Indonesia, ternyata komunisme muncul dari sebuah partai berbasis Islam. Dan mereka beragama seperti kita. Sebenarnya paham komunis itu memiliki dua pemikiran utama. Pertama, bahwa keadaan itu mempengaruhi kesadaran (materialisme diakletis). Kedua, agama adalah candu sebab menimbulkan kepasrahan, menerima apa adanya, dll. Pemikiran kedua ini mudah dibantah oleh agama, terutama Islam. Coba saja pahamkan dengan konsep ikhtiar. Karena itu, banyak penganut agama yang memiliki ideologi ini. Tapi untuk pemikiran pertama, yaitu materi atau kebendaan, penganut paham ini tidak percaya tentang sesuatu kecuali harus ada buktinya (bendanya). Sebab itulah, kebanyakan penganut ideologi ini adalah kaum atheis.

Sekarang pembahasan kita adalah nasionalisme. Kamenka, dalam buku berjudul The Nature & Evolution of an idea, menjelaskan bahwa kata “nation” yang berasal dari kata lain nasci yang berarti “lahir”, mulai digunakan pada abad ke-13 untuk mengidentifikasi sekelompok orang yang mempunyai kesamaan berdasarkan kelahiran ataupun ciri-ciri fisikal lainnya. Baru pada abad ke-18 istilah nasionalisme menjadi lebih politis dan inklusif. Austin Barel, menggunakan kata nasionalisme untuk pertama kalinya pada tahun 1789. Terinspirasi oleh pemikiran Jean Jaques Rousseau mengenai “general will” dan “popular sovereignty" juang rakyat Prancis yang digambarkan sebagai pemegang kedaulatan Prancis, untuk melawan rejim Louis  XVI. Sejak saat itulah nasionalisme dalam konteks gerakan perlawanan terhadap penguasa menjelma menjadi doktrin dan kredo politik yang sangat kuat dan berpengaruh. Pada perkembangan selanjutnya virus nasionalisme menyebar ke Asia dan Eropa dalam bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.

Menariknya, karakter nasionalisme bisa berubah karena berbagai faktor politik. Ketika nasionalisme dipahami sebagai reaksi perlawanan terhadap dominasi unsur lain maka ia memiliki karakter liberalis atau sebagai pembebas dalam konteks kemerdekaan, keadilan dan demokrasi. Dalam buku Political Ideologis: An Introduction, Andrew Heywood mengatakan bahwa ini merupakan konsep nasionalisme yang paling tua seperti yang diilustrasikan pada masa Revolusi Prancis saat liberalisme dan nasionalisme seakan tidak dapat dipisahkan. Pada situasi kompetisi dan persaingan internasional, saat tumbuh ketidakpercayaan, ketakutan ataupun kebencian terhadap negara lain, nasionalisme kemudian mempunyai karakter chauvinis-ekspansionis. Nasionalisme jenis ini tidak lagi mengakui persamaan kebebasan bagi seluruh individu atau kelompok, melainkan hak-hak atas dasar kualitas suatu bangsa, untuk menguasai bangsa lain. Jingoism kemudian menjadi ungkapan yang kerap digunakan untuk menggambarkan naluri dan antusiasme masyarakat yang meluap-luap  dalam mendukung kegiatan-kegiatan ekspansi dari negaranya. Aktivis nasionalis-sayap kanan Prancis Charles Maurras (1868-1952) menyebut paham ini dengan istilah “integral nationalism”, yaitu identitas individu dan kelompok lebur ke dalam suatu negara yang sangat kuat dan berpengaruh.

Setelah bicara berbagai ideologi tadi, ternyata ada satu ideologi lagi yang perlu kita tahu, yaitu fasisme. Penganut ideologi ini adalah Adolf Hitler, Musollini, dll. Di tengah liberalisasi yang menyebabkan kesenjangan sosial yang cukup tajam, ternyata ada kaum yang berada di tengah. Borjuis makin menguat ke atas, proletar terus bergerak, sementara kaum yang di tengah ini bingung, ke atas sulit, tapi didesak terus dari bawah. Kaum inilah yang kemudian melahirkan fasisme. Anti perubahan, pro status quo, cinta keseragaman, rasisme, merupakan ciri penganut faham ini. Paham ini menggunakan kekuatan militer, artinya jika militer (tentara) sudah berkuasa, maka dapat menguasai partai politik. Berbeda dengan komunisme yang menggunakan partai politik, jika politik berkuasa maka militer bisa dikendalikan.

Berbicara mengenai Indonesia. Ya, Indonesia. Paham apakah yang ada di negeri ini? Atau apakah justru memiliki paham atau ideologi baru? Dan selama ini paham apa yang kita telah kita anut? Ada yang mengatakan berideologi pancasila. Ada juga yang berkata campuran dua ideologi, liberalisme-sosialisme. Lalu apakah paham itu sudah cocok untuk negeri ini? Mari kita kaji. Selamat mengeksplorasi diri.

Sabtu, 01 Desember 2012

Abu Bakar Ash-Shiddiq



Judul Buku      : Khalifatur-rasulillah ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Pengarang       : Dr. Husein Muhammad Haikal
Penerbit           : CV. Pustaka Mantiq
Tahun Terbit    : 1994
Tebal               : 372 halaman

Penulisan seorang tokoh pemeran sejarah bukanlah sekedar riwayat demi riwayat, namun perlu pula setiap peran yang dijalankan oleh tokoh itu disebut dan dijelaskan dengan maknanya.

Penulisan sejarah kehidupan sahabat rasulillah sekaligus khalifah pertama, Abu Bakar, telah banyak dilakukan oleh para pakar sejarah terdahulu. Namun, ada suatu perbedaan antara karya mereka dengan buku yang satu ini. Penulis sejarah terdahulu umumnya memberikan pemaparan cerita hanya bersumber pada data-data atau riwayat yang valid saja, namun Husein Haikal di samping menggunakan metode observasi referensi dari sumber yang valid, juga memberikan nuansa hingga terasa hidup dan aktual.

Peran Abu Bakar dalam satu masa sejarah sangatlah menentukan. Sebab saat itulah masa-masa transisi perpindahan kepemimpinan dari seorang Rasul kepada seorang manusia biasa. Di sinilah peran Abu Bakar tak bisa kita samai dengan pemeran sejarah lainnya.

Dengan ciri khasnya yang cerdas dan berkepribadian lembut, Abu Bakar merupakan aktor yang paling tepat menghadapi pos kepemimpinan baru umat yang sebelumnya dipimpin oleh seorang Rasul. Nampaknya isyarat pengkaderan beliau sejak awal sudah dipersiapkan oleh zaman sejak awal. Peran-perannya sebagai iman shalat menggantikan Rasulullah, penyerta hijrah dan pendamping setia Rasulullah, merupakan isyarat akan perannya sebagai khalifaturrasulillah.

Buku ini diawali dengan sejarah kecemerlangan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum menjadi khalifah. Dan diakhiri dengan ibrah dari kisah Abu Bakar sebagai penutup. Dengan bahasa bercerita, buku ini terasa lebih hidup dan terasa aktual ada di hadapan mata kita.

Sejarah, kita mengucapkannya hari ini dan untuk selanjutnya akan diucapkan oleh orang-orang sesudah kita, sampai selama-lamanya. Jika itu kebaikan sebagaimana Abu Bakar, sungguh bermanfaatlah amalannya.

Harapan Itu Masih Ada


Sahabatku, apapun yang kau lakukan pastikanlah itu memberikan manfaat. Setidaknya bagi dirimu sendiri. Banyak orang yang terlalu berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu, namun sedikit manfaat yang ia berikan dari hal itu.

Dan untuk sahabatku yang satu ini, janganlah bersedih. Ladang dakwah masih luas. Tempat menimba ilmu ada banyak. Apa yang kau dapat di luar pasti akan lebih banyak dari di sini. Hanya tempat dan kesempatan saja yang membedakan kita.

Kawan, apapun yang Allah berikan padamu, maka syukurilah. Tak ada yang sia-sia. Semua takdir Allah adalah yang terbaik untukmu. Yakinilah selalu itu. Harapan itu akan selalu ada.

Senin, 29 Oktober 2012

Payung Mimpi

Semangat teman-temanku begitu membara menyaksikan fenomena-fenomena baru dan ajaib di hadapan mereka. Tak jarang saya dan mereka pun saling bertanya. Mengapa? Ada apa? Ko bisa? Ternyata seperti kata Raihan dalam lagunya yang berjudul Ashabul Kahfi, tak ada mustahil di dunia ini.

Dunia adalah ladang usaha. Sebanyak-banyak yang kita bisa dan sebaik-baik yang kita mampu lakukan, maka lakukanlan beragam kebaikan yang kita ingin lakukan. Semua berlomba. Tak ada kalah dan menang. Yang ada adalah pemberani dan pecundang. Karena semua pasti bisa melakukannya.

Semangat dan keyakinan seperti inilah yang ingin selalu kulihat ada dalam diri dan lingkungan sekitarku. Hal yang biasa kusebut payung mimpi. Karena semangat dan keyakinanlah yang membuat mimpi-mimpiku tetap tegak. Hingga satu per satu terwujud. Insya Allah.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Cahaya Harapan

Malam ini adalah malam yang indah. Sinar rembulan tak seperti biasanya. Di sekelilingnya terdapat cahaya melingkar dengan sedikit warna pelangi. Ku terpana menatapnya. Bagus banget deh pokoknya. Dalam hati ini pun ku menyimpan cahaya harapan. Cahaya untuk selalu memberikan yang terbaik. Bagi diri sendiri, keluarga, sahabat, serta orang yang selalu setia mendampingiku dalam setiap langkah perjuangan.

Malam yang indah ini menaruh cahaya harapan yang amat besar pada sebuah mimpi. Mimpi akan kembalinya kejayaan negeri ini. Kejayaan umat. Ku ingin selalu berkontribusi untuk semuanya. Adikku, teman-temanku, dan semua yang bahkan belum mengenal diriku.

Terkadang dalam masa-masa ujian seperti ini pun ku masih sering mengeluh, malas belajar, tak mau berusaha maksimal. Bagaimana bisa diri ini menjadi cahaya yang menerangi alam raya? Menerangi diri sendiri saja kadang masih redup.

Akan tetapi tak boleh ada kata menyerah. Tak sanggup. Tak bisa. Semua kata itu haruslah lenyap dari hati dan pikiran seorang pejuang sejati. Meski baru menapaki langkah-langkah kecil. Walau baru sedikit keringat pengorbanan untuk orang-orang tercinta. Ku akan terus melangkah menuju cahaya harapan itu. Seperti kata Imam Syafi'i, "Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang."

Aku percaya harapan itu akan selalu ada. Ku ingin menjadi cahaya harapan itu. Sehingga dapat menyinari banyak harapan. Menambah intensitas cahaya yang sudah mulai redup. Untuk selalu dapat menerangi setiap harapan dan mimpi.

Kamis, 25 Oktober 2012

Happy Ied Mubarak

Tak terasa sudah 1433 tahun setelah hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah kita masih bisa merasakan nikmat iman dan islam yang agung. Dan sudah sekian lama agenda Idul Adha sebagai salah satu pengingat kita akan pentingnya berkurban berlalu. Kini kembali hadir dan kita merayakannya bersama umat islam di seluruh penjuru bumi ditemani saudara-saudara kita yang berada di tanah suci untuk menunaikan haji.

Sungguh indah jika kita mengenang perjalanan masa lalu dari kurban ini. Seakan kita berada di zaman Nabiyullah Ibrahim as. Seorang ulul azmi minar rasul yang merupakan bapak para Nabi dan Rasul. Khalilullah, kekasih Allah. Seorang pencari kebenaran sejati. Ilmuwan yang sangat ilmiah. Teruji iman dan komitmen ketakwaannya.

Dari perjalanan beliau yang sangat luar biasa kita bisa banyak mengambil banyak pelajaran. Sejarah berhaji dan berkurban dimulai pada zaman beliau. Pengalaman berkurban yang tiada tara saat mencari kebenaran dan ketika berdakwah mengajak manusia kepada Rabb-nya juga amat sangat gigih. 17 tahun meninggalkan keluarga tercinta di padang pasir yang gersang demi mencari ridha Allah. Siapa yang tak kenal beliau? Seorang sosok yang luar biasa.

Tak adakah orang yang mau mencontoh? Mengambil pelajaran dari beliau? Yuk belajar meneladani beliau dengan berkurban. Dan berazzam untuk sama-sama menunaikan rukun islam yang kelima. Berhaji ke Baitullah. InsyaAllah.

Alam sebagai Sebuah Sistem Pendidikan


Ada murid dapat hanya belajar dari guru ber-SK, disuapi ilmu dan didikte habis-habisan. Ada yang cukup belajar dari katak yang melompat atau angin yang berhembus pelan lalu berubah menjadi badai yang memporak-porandakan kota dan desa. Ada yang belajar dari apel yang jatuh dari bulan yang menggantung di langit tanpa tangkai itu. Ada guru yang banyak berkata tanpa berbuat. Ada yang lebih pandai berbuat daripada berkata. Ada yang memadukan kata dan perbuatan. Yang istimewa di antara mereka, bila “Melihatnya engkau langsung ingat Allah, ucapannya akan menambah amalmu, dan amalnya akan membuatmu semakin cinta akhirat.” (Rahmat Abdullah)

Alam adalah guru kehidupan. Orang yang tak dapat belajar dari alam, sangat tak berpotensi untuk belajar dari guru manusia. Kata-kata yang dalam, penuh dengan makna. Setiap manusia hendaknya memikirkan setiap detik kehidupannya, sebab selalu tersimpan hikmah di balik itu semua. Itulah sebabnya, ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik.

Sesungguhnya yang akan ditegaskan dalam tulisan ini bukanlah sosok seorang manusia, tetapi tentang kalimat mendalam mengenai penyikapan kita terhadap setiap guru kita, termasuk alam. Setiap kejadian di alam selalu memberikan pelajaran kepada setiap orang yang mau berpikir, mau mengambil pelajaran. Tak ada satu kerja, satu peristiwa, yang sia-sia. Semuanya memiliki hikmah tersendiri. Oleh karenanya, diri ini berpendapat bahwa seandainya setiap orang diberikan satu nikmat saja di dunia ini, maka ia akan terus bertambah keimanannya selama ia masih hidup.

Seseorang yang bersyukur diberikan nikmat mata, ia akan melihat sekelilingnya, pohon-pohon, tanah, langit, bahkan dirinya sendiri, dengan penuh kekaguman. Tak ada yang bisa membuat itu semua kecuali Yang Maha Kuasa. Ia pun akan bersyukur masih bisa menikmati keindahan, melihat warna pelangi kehidupan.

Berlanjut ke pembahasan guru tadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengisyaratkannya dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran ayat 190-191. Silahkan dibaca sendiri ya. Intinya, segala sesuatu di dunia ini tidak diciptakan dengan sia-sia. Ia bisa dijadikan guru oleh kita. Sebagaimana kita diperintahkan untuk belajar pada semut dan lebah. Kita juga harus bisa menjadikan alam yang lain sebagai guru. Tak hanya duduk di kelas dan mendengarkan penjelasan seorang guru manusia, kita juga bisa mengeksplorasi diri untuk menemukan ilmu melalui alam yang nyata.

Ilmu gravitasi Newton terinspirasi dari alam. Dari sebuah apel yang jatuh. Ilmu genetika, terinspirasi dari tanaman kacang-kacangan. Dan semua ilmu yang sekarang kita pelajari di kelas-kelas sesungguhnya semua berasal dari alam. Ya, ilmu alam. Sosial juga adalah ilmu dari alam manusia. Sesuatu yang bersifat alamiah yang ada pada diri setiap manusia.

Dari semua penjelasan itu, patutkah kita membatasi ruang belajar kita di kelas-kelas yang kadang terasa sempit, sesak, dan panas? Tidak. Setiap orang memiliki cara sendiri dalam belajar. Dan semuanya pasti bersumber dari alam meskipun kini ia sudah berada dalam buku-buku besar nan tebal. Alam, dia adalah salahsatu guru terbaikku. Sistem pendidikan terbaik.

Indonesia Militan


Judul                   :              Indonesia Militan, Intelek, Kompetitif, Regeneratif
Penulis                :              A. Riawan Amin
Tebal buku         :              194 halaman
Penerbit              :              Celestial Publishing

Buku ini dimulai dengan sebuah penjelasan mengenai arti kata militansi. Dijelaskan dari berbagai macam sumber berkenaan dengan militansi ini, di mana penulis mengerucutkan pada tiga ciri seorang militan yaitu aktivis, tak pernah berhenti berjuang, memiliki strong leadership dan visioner. Sementara arti secara harfiahnya yaitu mengabdi layaknya seorang tentara. Buku ini sangat cocok dibaca oleh orang-orang yang mengaku aktivis pergerakan yang ingin memiliki militansi super. Dalam bab pendahuluan diambil contoh dua orang tokoh yang sangat berpengaruh di Indonesia dan memiliki militansi yang kuat. Dia adalah Soekarno dan Hatta.

            Secara jelas buku ini menceritakan karakter dua orang pemimpin Indonesia itu. Dengan disertai fakta-fakta sejarah dan sedikit ilustrasi gambar membuat buku ini sangat menarik untuk dibaca.

             Mengapa di Republik Indonesia perlu menuntut Irian Barat (sekarang Papua) dari tangan Belanda? Kalau pertanyaan itu dilontarkan pada pemimpin yang tidak visioner, lemah militansinya, maka betul Irian Barat saat itu tak lebih hanya hutan, rawa, dan penyakit malaria. Tapi tidak, dengan Presiden Soekarno. Ia habis-habisan membakar rakyatnya untuk bersatu bergandengan tangan membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda. Bertempat di lapangan banteng, Jakarta, Soekarno mengingatkan betapa strategisnya Irian Barat buat masa depan ekonomi Indonesia.

            Paragraf di atas merupakan petikan dari salahsatu bagian buku tersebut di atas. Dengan gaya bahasanya yang menarik, mas Amin ingin menggambarkan bagaimana orang-orang terdahulu memiliki militansi yang kuat. Di atas militansi itulah bangsa Indonesia ini pun berdiri.

               Buku ini memberikan warna dan sudut pandang yang berbeda soal militan. Kata militansi sering diidentikkan dengan kekerasan. Disalahartikan sebagai terorisme. Padahal, miitansilah yang membuat bangsa ini merdeka; yang mengawal para pahlawan berjuang tanpa pamrih, siap menderita, hidup bersih dan sederhana. Hanya dengan semangat yang sama, anak-anak negeri ini bisa kembali bangkit mengejar ketertinggalannya.

Menanti Kejelasan Politik Negeri Ini


        Sebuah ironi bagi negara demokrasi bahwa terdapat ketidakjelasan praktik politik di negaranya. Indonesia sebagai penganut sistem demokrasi sebagai sistem politiknya sampai saat ini masih belum bisa memberikan transparansi politik pada publik. Banyak masyarakat yang kian hari kian tak peduli pada politik di negeri ini. Semakin apatis. Tingkah laku sebagian elit politik yang memilukan, memalukan, dan memuakkan disambut baik dengan apatisme masyarakat.

            “Politik Indonesia memang sudah bobrok, ga jelas tugasnya.”

            Kata-kata seperti di atas mungkin tak jarang terdengar dari lisan rakyat jelata di bumi Indonesia ini. Pemilu sebagai salah satu bentuk implementasi politik demokrasi Indonesia dibuat tidak transparan. Banyak masyarakat yang kecewa. Pemilu seolah hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, budak para elit politik. Anehnya lagi, hampir setiap level di semua aspek luar politik dipolitisasi. Hukum menjadi mainan politik. Masalah pekerjaan yang seharusnya mengedepankan keahlian juga dibumbui suasana politik. Media informasi dikuasai elit politik tertentu. Bahkan sampai masalah UN siswa SD sampai SMA sudah mulai tercium bau politik.

           Kondisi yang sangat memprihatinkan bagi sebuah bangsa besar seperti Indonesia. Tak heran jika Indonesia pernah menyandang gelar nomor 1 di Asia untuk kasus korupsi. Hal ini akibat kekotoran politik yang tidak transparan. Tidak jelas arah politiknya. Semua seolah hanya mementingkan pribadi dan golongan. Masyarakat yang menjadi korbannya. Kesadaran politik seakan memudar mewarnai kekeruhan politik yang ada. Begitulah gambaran politik Indonesia saat ini. Siapakah yang mau ikut memperkeruhnya? Atau adakah yang mau memperjelasnya? Sungguh sebuah ironi.

Tinta Harapan

Bismillaah...
Blog ini dibuat untuk semua orang yang ku kenal dan yang ingin mengenal diriku. Sebagai sebuah langkah kecil untuk saling mengerti dan berbagi demi menggapai mimpi dan harapan. Menggapai asa,  meraih cita. Berbagi pengalaman untuk sama-sama diambil pelajaran. Kawanku semua, inilah perjalananku di dunia maya. Mari saling mengingatkan untuk kebaikan :)